Minggu, 05 Juli 2009

My Biodata


Hy.. Ladies and gentlen...
Introduce ....

Nama : RIO HERIANDA
BP : 08021

Status : Mahasiswa Apikes Dharma Landbouw Padang
TTL : Payakumbuh/10 juli 1990

Alamat : Jln. Jambu No 16 RT001/Rw003 Purus Baru Padang

Agama : Islam
Hobi : Travelling , net , and Sleep
Asal : Kota Padjakoemboeh
add me : rieyo_3r@yahoo.co.id and www.riokesehatan.blogspot.com

Pendidikan Kesehatan Holistik, Jangan Tunggu Sakit untuk Sehat


Pemerintah melalui Departemen Kesehatan melakukan terobosan dalam bidang pelayanan kesehatan seperti Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), asuransi kesehatan masyarakat dll. Jika dihitung, tidak sedikit dana dan anggaran yang harus dialokasikan untuk peningkatan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Indonesia.

Pertanyaannya? Sampai kapan program ini terus berjalan dan disubsidi terus oleh pemerintah? Sementara masyarakat kita yang mendapatkan fasilitas kartu jamkesmas masih belum begitu sadar dan perduli untuk bagaimana mencegah atau bagaimana memiliki ilmu serta wawasan pengetahuan agar tahu bagaimana tidak sakit ataupun memiliki pengetahuan untuk mampu melakukan tindakan awal pencegahan berbagai penyakit lebih dini.


Hal di atas dikatakan Senior Konsultan Layanan Kesehatan Menyeluruh Holistik Dr Muhammad Zuhri Lubis Dipl.PHY.Uk saat ditemui Global di kantornya Jalan Sei Serayu Medan.


Karena itulah, kata Zuhri, diperlukan solusi agar program tersebut tidak sia-sia. Salah satunya adalah dengan praktik pengobatan dan pelatihan holistik. Program ini bertujuan untuk berbagi ilmu dan pengetahuan serta ide bagaimana melakukan penghematan dana miliaran rupiah plus memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat umum.


Pendidikan singkat ini merupakan terobosan baru sistem pelayanan kesehatan menyeluruh terpadu sistem holistik di Indonesia. Layanan kesehatan ini memberikan pendidikan singkat bagi masyarakat umum yang mau menambah ilmu pengetahuan cara mendeteksi berbagai macam penyakit dengan pelatihan dalam waktu hanya tiga hari, tanpa melihat latar belakang pendidikan masyarakat.


“Yang diutamakan adalah kemauan dan keinginan untuk bisa melayani dan membantu masyarakat luas dimulai dari keluarga sendiri, masyarakat di lingkungan sekitar kita hingga masyarakat luas,” jelas Zuhri.


Lebih jauh ia mengatakan, layanan kesehatan ini dapat membantu mendeteksi penyakit dalam waktu 20 menit. Apa sebenarnya penyakit dan di organ mana penyebab timbulnya penyakit tersebut.

Deteksi Singkat Kelainan Organ Tubuh


Ada beberapa organ tubuh yang dapat dideteksi dengan metode ini. Dari mulai bagian saraf otak, limbic, thalamus, hypothalamus, pineal, pituitary, meula oblongata, emosional, stres dan kejiwaan. Kemudian kelainan organ mata, hidung, sinusitis, gendang telinga, bagian leher, gondok, thyroid, parathyroid, tonsil dan amandel.


Kelainan bagian jantung, paru-paru, bronchial, broncus, alveolis. Kemudian kelainan liver, hepatitis, empedu, pancreas, limpa, tingkat asam lambung, kelainan usus, ambeien, hingga penyebab buang air besar tidak lancar dan kurang normal.


Selanjutnya saraf tulang belakang, pengeroposan tulang, kalsium, kelainan tulang tengah, tulang ekor/sacrum. Kelainan kulit, pembengkakan kaki, mendeteksi anak autis dan gangguan sistem organ tubuhnya.


Keseluruhan sistem kerja organ tubuh memiliki keterkaitan yang berhubungan antara satu dengan satu bagian lainnya. “Dengan sistem holistik inilah hal dan kelainan tersebut bisa bersama–sama diobati. Kita juga akan memberikan pengetahuan tentang makanan yang harus dimakan bagi penderita,” imbuh Zuhri. Jangan tunggu sakit untuk sehat.

Belum Pernah Ada


Selama ini, kata Zuhri, pendidikan kesehatan belum pernah ada diberikan pada masyarakat umum. Karena itu tidak mengherankan jika berbagai penyakit sulit dideteksi secara menyeluruh. Hanya berdasarkan apa yang dikeluhkan oleh penderitanya kemudian baru dilakukan pengobatan, tanpa mau mendeteksi bagaimana fungsi dan cara kerja organ tubuh lainnya yang tentunya hal ini akan merembes memengaruhi cara kerja organ dan fungsi tubuh bagian lainnya.


Pendidikan kesehatan dan layanan kesehatan menyeluruh terpadu holistik ini baru ada sejak 1998 silam, dikembangkan oleh Dr Mochammad Zuhri yang merupakan alumnus Faculty Medical Studies University of Srilanka, dan Institute of Phytobiophysisc United Kingdom (Uk) dan Malaysia.


Awalnya, masyarakat masih menganggap aneh terhadap sistem diagnosa ini. Namun, lama-kelamaan metode ini menjadi terobosan dan pionir sistem pelayanan kesehatan berbasis masyarakat.


“Kalau di luar negeri sudah tak asing lagi. Saat ini kita sedang melakukan kaderisasi di setiap lingkungan masyarakat. Agar tahu bagaimana menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga, agar terhindar dari timbulnya berbagai penyakit kronis. Selain itu juga bisa menghemat biaya,” tutur Zuhri.

Libatkan Sarjana Farmasi, Rawat Organ Tubuh Anda


Wilayah Indonesia yang dikaruniai dengan beragam jenis tanaman dan bahan obat alami diakui Zuhri merupakan nilai plus dalam menjalankan program kesehatan masyarakat. Sayangnya, kata Zuhri, kelebihan ini tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh pemerintah. “Libatkan saja peran serta para sarjana farmasi yang tersebar diperguruan tinggi di Sumatera Utara dan di Indonesia. Lakukan penelitian dan sosialisasikan hal ini pada seluruh masyarakat kita agar bersama-sama melakukan penelitian dan penanaman tanaman obat potensial tersebut,” sarannya.


Ironisnya, ternyata masyarakat dan pemerintah masih belum sadar akan pentingnya program ini. Padahal, tambah Zuhri, banyak orang asing seperti dari kalangan medis di Singapura, Malaysia, India dan China yang ‘kesengsem’ untuk belajar metode ini. Menurutnya, ada beberapa hal yang masih menjadi kendala dalam penerapan metode ini. Di antaranya adalah minimnya pengetahuan masyarakat, rendahnya pelayanan kesehatan untuk masyarakat, rendahnya SDM, dan juga masyarakat sendiri kurang mau peduli untuk bagaimana sehat dan tidak sakit.


Mesin saja membutuhkan perawatan yang intensive. Jika tidak, umurnya tidak akan bertahan lama. Seharusnya bisa dipakai 20 tahun, baru 2 tahun digunakan selanjutnya masuk gudang. Begitu juga dengan tubuh, pemeriksaan rutin seharusnya menjadi kewajiban.


Hal itulah kadang yang terlupakan oleh kita. Ketika organ tubuh sudah terserang penyakit baru kita sadar. Rumah sakit pun sepertinya akan menjadi rumah ke dua. Padahal, ini bisa dicegah jika kita melakukan pemeriksaan rutin terhadap organ tubuh.


“Jika kita teliti dan sadari, setiap berjumpa dengan rekan/kenalan/keluarga yang ditanyakan terlebih dahulu adalah gimana kabarnya? Keluarga sehat? Harusnya ini dapat menjadi referensi kita untuk selalu menjaga kesehatan tubuh,” ujar Zuhri lagi. “Apalagi penyakit datang menyerang tanpa permisi dan tidak memandang status setiap orang,” pungkasnya menambahkan.

Penting, Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah




Gizi.net - PERILAKU seksual berisiko yang dapat mengakibatkan tertular infeksi menular seksual (IMS)—termasuk HIV/AIDS serta kehamilan tak dikehendaki di kalangan remaja—perlu mendapat perhatian serius. Pendidikan kesehatan reproduksi sepatutnya diberikan sejak anak di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).

Menteri Kesehatan Achmad Sujudi mengemukakan hal itu kepada wartawan sebelum pertemuan dengan para pemenang Lomba Sekolah Sehat SD/MI dan SLTP/MTs Tingkat Nasional tahun 2001, akhir pekan lalu di Jakarta.

“Masalah reproduksi perlu dibicarakan secara terbuka, sehingga anak dan remaja memahami bagaimana organ seksual bekerja, tidak panik lagi jika mengalami menstruasi pertama bagi perempuan, dan mimpi pertama bagi laki-laki. Pada saat itu secara biologis mereka dewasa, namun secara psikologis dan sosial, belum. Pendidikan kesehatan reproduksi diperlukan agar mereka lebih berhati-hati menjaga kesehatannya,” papar Menkes.

Masalah lain yang menjadi ancaman adalah penyalahgun
aan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat-zat adiktif (NAPZA). Pemakaian NAPZA membuat anak menjadi tidak sadar, berubah kepribadian, serta mengalami adiksi (kecanduan).

Pembinaan kesehatan di sekolah dipandang merupakan strategi yang tepat, mengingat sebagian besar waktu anak sekolah dihabiskan di sekolah dan sepertiga penduduk Indonesia adalah anak usia sekolah.

Hal ini telah dirintis sejak tahun 1956 dengan pengembangan model Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Untuk memantapkan pembinaan UKS secara terpadu, 3 September 1984 ditetapkan Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan, dan Menteri dalam Negeri tentang pembentukan Tim Pembina UKS tingkat pusat. Hal ini diikuti tim pembina tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, serta Tim Pelaksana UKS di sekolah.

Dalam Pasal 45 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Berkait erat
Pendidikan dan kesehatan, lanjut Menkes, berkaitan erat. Anak yang sehat bisa belajar dengan baik. Sebaliknya, pendidikan mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan.

Ada tiga program pokok UKS, yaitu pendidikan kesehatan yang diintegrasikan dengan semua mata pelajaran, pelayanan kesehatan di sekolah dengan adanya poliklinik (bagi sekolah yang mampu), usaha kesehatan gigi sekolah, serta pembinaan lingkungan sekolah sehat.

“Semua siswa diharapkan aktif berpartisipasi, memahami arti sehat, menerapkan perilaku sehat pada dirinya, dan menjaga kesehatan lingkungan. Juga memahami kesetaraan jender,” papar Sujudi.

Direktur Pusat Pengembangan kualitas Jasmani Departemen Pendidikan Nasional dr Suharto menambahkan, masalah kesetaraan jender merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi. Saat ini ada beberapa materi yang disiapkan untuk masuk kurikulum.

“Kita sudah mengembangkan 25 buku pedoman untuk bacaan anak SD dan SMP. Sekarang sedang diui coba di 10 kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Antara lain di Cilacap, Semarang, Demak, dan Pasuruan. Tujuannya, menyampaikan masalah kesehatan reproduksi secara betul. Buku ajar SD yang bias jender juga akan diubah,” tutur Suharto.

Mengenai lomba sekolah sehat yang telah diselenggarakan selama 10 tahun, menurut Suharto, parameter penilaian bukan pada gedung atau sarana sekolah tetapi pada pelaksanaan usaha kesehatan di sekolah. Aktivitas anak-anak dalam mengembangkan upaya kesehatan berperan penting. Selain itu, pengaruh sekolah terhadap lingkungan serta koordinasi antar sektor terkait.

Saat ini dikembangkan program food for education dengan bantuan Departemen Pertanian AS (USDA) berupa pemberian susu pada anak sekolah dari keluarga miskin. Tujuannya adalah meningkatkan asupan gizi, sehingga anak lebih sehat dan lebih mampu menerima pelajaran. Tahun ini rencananya satu juta anak sekolah di seluruh Indonesia akan diberi susu gratis tiga kali seminggu. (atk)

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN


Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan.

Artinya dalam program-program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun program itu mungkin telah melibatkan pendidikan kesehatan tetapi kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil.

Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat dan yang mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang benar karena pendidikan adalah merupakan 'behavioral investment' jangka panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian.

Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan.

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.

Hal ini berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang dapat langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan.

1. Peranan Pendidikan Kesehatan

Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan.

Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor 2, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proprorsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status kesehatan di negara-negara berkembang, terutama di Indonesia belum ada penelitian.

Apabila dilakukan penelitian mungkin perilaku mempunyai kontribusi yang lebih besar. Penelitian penulis di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur tentang status gizi anak balita dengan menggunakan analisis stepwise, terbukti variabel perilaku terseleksi sedangkan variabel pendapatan per kapita (ekonomi) tidak terseleksi. Meskipun variabel ekonomi disini belum mewakili seluruh variabel lingkungan tetapi paling tidak pengaruh perilaku lebih besar daripada variabel-variabel lain.

Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok tersebut. Lihat bagan hasil modifikasi pendapat Blum dan Green di bawah !

Dari bagan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.

2. Konsep Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah adalah suatu penerapan konsep pendidikan di bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan.

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.

Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu.

Namun demikian tidak semua perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar tetapi karena proses kematangan.

Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri : belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan.

Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya.

Berangkat dari konsep pendidikan kesehatan dan bagan di bawah, pendidikan kesehatan didefenisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku)nya / mereka untuk mencapai kesehatannya / kesehatan mereka secara optimal.

Disamping konsep pendidikan kesehatan tersebut di atas, para ahli pendidikan kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang pendidikan kesehatan yang berbeda-beda sesuai dengan konsep mereka masing-masing tentang pendidikan. Batasan-batasan yang sering dijadikan acuan antara lain dari Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain sebagainya.

3. Proses Pendidikan Kesehatan

Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip pokok pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Didalam kegiatan belajar terdapat 3 persoalan pokok, yakni persoalan masukan (input), proses dan persoalan keluaran (output).

Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.

Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Didalam proses ini terjadi perubahan timbal balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator), metode & teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.

Sedangkan keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar. Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan pada bagan di bawah !

Beberapa ahli pendidikan mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ke dalam 4 kelompok besar, yakni faktor materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental dan subjek belajar.

Faktor instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya. Dalam pendidikan kesehatan subjek belajar ini dapat berupa individu, kelompok atau masyarakat.

Update : 2 Juni 2006

Sumber :

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.